“It’s better to burn out than to fade away”. Sepenggal kalimat yang
mungkin bagi para pecinta musik grunge
pasti mengingatkan kita kepada sosok fenomenal yang bernama Kurt Cobain, si
jenius telah “mengacak-ngacak” dominasi heavy
metal yang menjadikan seattle sound
sebagai kiblat kancah musik dunia. Namun terlepas dari itu semua, pengaruh
musik yang disuguhkan Kurt Cobain bersama Nirvana membuat efek signifikan bagi
perindustrian musik maupun band-band lainnya.
Hal ini juga mempengaruhi
G.I.L.A, band indie asal kota kembang Bandung yang didirikan pada awal tahun
2012. G.I.L.A sendiri berakronim dari Grunge
is Lord Anthem yang memiliki makna Grunge merupakan musiknya para leluhur,
leluhur disana mengacu kepada band-band Grunge asal Seattle seperti Nirvana,
Pearl Jam, Mudhoney, dll. Terbentuknya band ini berawal dari pertemuan Danny
dan Ijang a.k.a Ben di sebuah komunitas yang bernama Grunge People Cimahi (GPC),
kedua orang tersebut sepakat membentuk band dengan pemikiran yang sama.
Sementara, kehadiran drummer Agus
a.k.a Cupez dan bassist Rossdale
melengkapi kekosongan formasi.
Menurut sang frontman, Danny, alasan pembentukan band ini disebabkan beberapa
faktor yang diantaranya menginginkan warna tersendiri di dalam musik Indonesia
dengan menaikan kembali pamor musik tahun 90-an yang sudah lama redup geliatnya
dan mencurahkan isi hati serta pikiran kedalam musik. Oleh karena itu,
band-band 90-an sangat menginspirasi para personil G.I.L.A dalam cara
berpakaian serta menciptakan lagu dengan bergenre post-grunge dan band-band era tahun 2000-an juga mengilhami dalam
pembuatan syair dan nada.
Walaupun masih dibilang baru G.I.L.A
sendiri tampil dalam beberapa event-event baik dari berskala kecil dan berskala
besar. Namun demikian, kebanyakan mengikuti event yang bertemakan musik yang beraliran
sama semisal; Purwakarta Grunge Community, Grunge Bersatu 2, Studio Show Grunge
Patra, serta Café Chinook Show. Lagu-lagu yang dibawakan di setiap
penampilannya di atas panggung kebanyakan lagu-lagu dari band asal Inggris yang
bernama Bush, lantaran ingin beda dari band-band alternative lain yang selalu
tampil membawakan lagu-lagu Nirvana dan Pearl Jam serta tak lupa karya lagu
ciptaan yang selalu wajib dibawakan yang disisipkan misi dan visi didalam lirik.
Misi dan visi G.I.L.A sendiri ingin
menyampaikan suara atau pesan pengalaman masing-masing personil tentang keluh
kesah ke semua orang bahwa bermain musik bisa melepaskan penat di dada dan
tentunya menyalurkan hobi-kreativitas bermusik demi memperkenalkan kembali
geliat musik tahun-90an. Terlihat jelas, penamaan band dan makna dalam lirik
memberikan symbol bahwa band ini bukan band alakadarnya.
Kendatipun para personil selalu
mengisi di setiap kebersamaannya dan sukses meriah tepuk tangan penonton, tak
luput konflik pun muncul karena perbedaan pendapat dan masalah pribadi anggota
masing-masing. Sempat vakum beberapa bulan dipertengahan tahun 2012 disertai
keluarnya sang bassist Rossdale
karena perbedaan misi dan visi tidak serta merta G.I.L.A berhenti ditengah
jalan, mengaca dari peristiwa tersebut akhirnya band ini kembali bersatu
dibarengi kehadiran Aby sebagai pembetot bass untuk mengisi kekosongan semenjak
ditinggalkan Rossdale.
Dengan formasi yang sampai
sekarang terus bertahan, tidak menutup kemungkinan G.I.L.A bakal terus eksis
sampai sekarang untuk mengembalikan kejayaan musik yang pernah menjadi tren
kawula muda pada saat itu. Musik yang dapat “meracuni sekumpulan otak-otak
sadar” dan kejayaan yang dibawa Nirvana beserta kawan-kawan terdahulu.
No comments:
Post a Comment