Tuesday, April 8, 2014

G.I.L.A Berkarya Demi Mengembalikan Kejayaan Musik Tahun 90-an



It’s better to burn out than to fade away”. Sepenggal kalimat yang mungkin bagi para pecinta musik grunge pasti mengingatkan kita kepada sosok fenomenal yang bernama Kurt Cobain, si jenius telah “mengacak-ngacak” dominasi heavy metal yang menjadikan seattle sound sebagai kiblat kancah musik dunia. Namun terlepas dari itu semua, pengaruh musik yang disuguhkan Kurt Cobain bersama Nirvana membuat efek signifikan bagi perindustrian musik maupun band-band lainnya.

Hal ini juga mempengaruhi G.I.L.A, band indie asal kota kembang Bandung yang didirikan pada awal tahun 2012. G.I.L.A sendiri berakronim dari Grunge is Lord Anthem yang memiliki makna Grunge merupakan musiknya para leluhur, leluhur disana mengacu kepada band-band Grunge asal Seattle seperti Nirvana, Pearl Jam, Mudhoney, dll. Terbentuknya band ini berawal dari pertemuan Danny dan Ijang a.k.a Ben di sebuah komunitas yang bernama Grunge People Cimahi (GPC), kedua orang tersebut sepakat membentuk band dengan pemikiran yang sama. Sementara, kehadiran drummer Agus a.k.a Cupez dan bassist Rossdale melengkapi kekosongan formasi.

Menurut sang frontman, Danny, alasan pembentukan band ini disebabkan beberapa faktor yang diantaranya menginginkan warna tersendiri di dalam musik Indonesia dengan menaikan kembali pamor musik tahun 90-an yang sudah lama redup geliatnya dan mencurahkan isi hati serta pikiran kedalam musik. Oleh karena itu, band-band 90-an sangat menginspirasi para personil G.I.L.A dalam cara berpakaian serta menciptakan lagu dengan bergenre post-grunge dan band-band era tahun 2000-an juga mengilhami dalam pembuatan syair dan nada.

Walaupun masih dibilang baru G.I.L.A sendiri tampil dalam beberapa event-event baik dari berskala kecil dan berskala besar. Namun demikian, kebanyakan mengikuti event yang bertemakan musik yang beraliran sama semisal; Purwakarta Grunge Community, Grunge Bersatu 2, Studio Show Grunge Patra, serta Café Chinook Show. Lagu-lagu yang dibawakan di setiap penampilannya di atas panggung kebanyakan lagu-lagu dari band asal Inggris yang bernama Bush, lantaran ingin beda dari band-band alternative lain yang selalu tampil membawakan lagu-lagu Nirvana dan Pearl Jam serta tak lupa karya lagu ciptaan yang selalu wajib dibawakan yang disisipkan misi dan visi didalam lirik.

Misi dan visi G.I.L.A sendiri ingin menyampaikan suara atau pesan pengalaman masing-masing personil tentang keluh kesah ke semua orang bahwa bermain musik bisa melepaskan penat di dada dan tentunya menyalurkan hobi-kreativitas bermusik demi memperkenalkan kembali geliat musik tahun-90an. Terlihat jelas, penamaan band dan makna dalam lirik memberikan symbol bahwa band ini bukan band alakadarnya.

Kendatipun para personil selalu mengisi di setiap kebersamaannya dan sukses meriah tepuk tangan penonton, tak luput konflik pun muncul karena perbedaan pendapat dan masalah pribadi anggota masing-masing. Sempat vakum beberapa bulan dipertengahan tahun 2012 disertai keluarnya sang bassist Rossdale karena perbedaan misi dan visi tidak serta merta G.I.L.A berhenti ditengah jalan, mengaca dari peristiwa tersebut akhirnya band ini kembali bersatu dibarengi kehadiran Aby sebagai pembetot bass untuk mengisi kekosongan semenjak ditinggalkan Rossdale.

Dengan formasi yang sampai sekarang terus bertahan, tidak menutup kemungkinan G.I.L.A bakal terus eksis sampai sekarang untuk mengembalikan kejayaan musik yang pernah menjadi tren kawula muda pada saat itu. Musik yang dapat “meracuni sekumpulan otak-otak sadar” dan kejayaan yang dibawa Nirvana beserta kawan-kawan terdahulu.



No comments:

Post a Comment