Saturday, October 11, 2014

Semut Menggunakan Taktik Bumi Hangus Untuk Melawan Laba-Laba


Menyerang ganas dengan penyengat dan rahangnya secara bersamaan, semut “bulldogMyrmecia pyriformis pemegang rekor sebagai semut paling berbahaya di dunia. Semut-semut itu berasal dari hutan kering timur Australia, musuh bebuyutan dari laba-laba pemburu, spesies social spider, Delena cancerides. Dua spesies berbeda tersebut mencari makan pada waktu yang sama – dimulai ketika senja tiba dan berlangsung sepanjang malam di tempat yang sama pula. Demi kekuasaan, wilayah, dan kekuatan ini, para semut bertarung secara kotor, sebagaimana yang dilaporkan New Scientist.

Sumber: tumblr.com
Laba-laba membuat sarang dibawah kulit kayu yang longgar dari pohon yang sudah mati daripada membuat jaring-jaring. Sang betina bisa tumbuh hingga seukuran telapak tangan (biasanya sebesar kaki) dan bersarang bersama dengan beberapa generasi dari keturunannya, dan yang jumlahnya sampai beberapa ratus ekor. Namun, koloni semut tersebut bisa mencapai 1400 lebih kuat.

Dalam ilmu ekologi, kejadian ini disebut dengan kompetisi interferensi. Kompetisi interferensi sendiri adalah ketika secara dua spesies mengganggu satu sama lain dengan berusaha secara agresif untuk menyingkirkan yang lainnya dari habitat atau asalnya. Jenis kompetisi ini seringkali menyebabkan baik hidup berdampingan (mutualisme) atau salah satu tersingkir. Apakah interferensi mengakibatkan pembagian atau pemisahan sumber hasil seperti habitat, asal, atau wilayah? Dan apa yang terjadi jika sumber hasil hanya diperlukan untuk satu spesies, bukan untuk yang lain? Untuk menyelidikinya Eric Yip dari Universities Cornell membuat 100 kotak sarang dilapangan dan menyaksikan apa yang terjadi.

Laba-laba betina menghabiskan berbulan-bulan menjaga sarang selagi anak-anaknya tumbuh. Tapi ketika semut-semut pekerja berjuang dengan caranya ke dalam sarang, kumpulan semut mengubur laba-laba dengan buas dan sang induk mundur dengan anak-anaknya. Rupanya para semut bahkan tidak ingin menempati sarang,  mereka hanya memenuhinya dengan ranting, kulit kayu dan sampah – membuat sarangnya tidak berguna bagi laba-laba – lalu koloni semut pun pergi. 

Dari 120 kotak sarang yang diisi oleh laba-laba beserta koloninya, tujuh diantaranya (sekitar 6% dari 120 kotak) diserbu oleh para semut selama dua bulan. “dalam beberapa kasus sang induk dewasa mampu membunuh semua semut” Yip berbicara kepada New Scientist. Akan tetapi keturunan sang induk tidak bisa dibunuh karena gigi taringnya tidak mampu menusuk tubuh semut”  

Sebagian waktunya, setelah menyingkirkan laba-laba dari kotak-kotak sarang, para semut mengisinya dengan puing-puing sebelum pergi. Karena laba-laba, yang bisa memakan waktu setahun untuk menjadi dewasa, membutuhkan ruang untuk tumbuh, sehingga mengisinya dengan puing-puing menjadikannya tidak berguna. Tak satupun sarang ditempati kembali selama penelitian.

Karya ini dipublikasikan oleh Insectes Sociaux minggu ini.


Catatan: 
Social spider adalah jenis laba-laba yang hidup berkoloni besar biasanya hidup di daerah tropis

Sumber:

Diterjemahkan dan diedit oleh Galin Pernando.

No comments:

Post a Comment