Menyerang ganas dengan
penyengat dan rahangnya secara bersamaan, semut “bulldog” Myrmecia pyriformis pemegang
rekor sebagai semut paling berbahaya di dunia. Semut-semut itu berasal dari
hutan kering timur Australia, musuh bebuyutan dari laba-laba pemburu, spesies social spider, Delena cancerides. Dua spesies berbeda tersebut mencari makan pada waktu
yang sama – dimulai ketika senja tiba dan berlangsung sepanjang malam di tempat
yang sama pula. Demi kekuasaan, wilayah, dan kekuatan ini, para
semut bertarung secara kotor, sebagaimana yang dilaporkan New Scientist.
![]() |
Sumber: tumblr.com |
Laba-laba membuat sarang
dibawah kulit kayu yang longgar dari pohon yang sudah mati daripada membuat jaring-jaring.
Sang betina bisa tumbuh hingga seukuran telapak tangan (biasanya sebesar kaki)
dan bersarang bersama dengan beberapa generasi dari keturunannya, dan yang
jumlahnya sampai beberapa ratus ekor. Namun, koloni semut tersebut bisa mencapai 1400
lebih kuat.
Dalam ilmu ekologi, kejadian ini disebut dengan kompetisi interferensi. Kompetisi interferensi sendiri adalah ketika secara dua spesies mengganggu satu sama lain
dengan berusaha secara agresif untuk menyingkirkan yang lainnya dari habitat
atau asalnya. Jenis kompetisi ini seringkali menyebabkan baik hidup
berdampingan (mutualisme) atau salah satu tersingkir. Apakah interferensi mengakibatkan
pembagian atau pemisahan sumber hasil seperti habitat, asal, atau wilayah? Dan apa yang
terjadi jika sumber hasil hanya diperlukan untuk satu spesies, bukan untuk yang
lain? Untuk menyelidikinya Eric Yip dari Universities Cornell membuat 100 kotak
sarang dilapangan dan menyaksikan apa yang terjadi.
Laba-laba betina menghabiskan
berbulan-bulan menjaga sarang selagi anak-anaknya tumbuh. Tapi ketika semut-semut
pekerja berjuang dengan caranya ke dalam sarang, kumpulan semut mengubur laba-laba
dengan buas dan sang induk mundur dengan anak-anaknya. Rupanya para semut bahkan
tidak ingin menempati sarang, mereka
hanya memenuhinya dengan ranting, kulit kayu dan sampah – membuat sarangnya
tidak berguna bagi laba-laba – lalu koloni semut pun pergi.
Dari 120 kotak sarang yang
diisi oleh laba-laba beserta koloninya, tujuh diantaranya (sekitar 6% dari 120
kotak) diserbu oleh para semut selama dua bulan. “dalam beberapa kasus sang
induk dewasa mampu membunuh semua semut” Yip berbicara kepada New Scientist.
Akan tetapi keturunan sang induk tidak bisa dibunuh karena gigi taringnya tidak
mampu menusuk tubuh semut”
Sebagian waktunya, setelah
menyingkirkan laba-laba dari kotak-kotak sarang, para semut mengisinya dengan
puing-puing sebelum pergi. Karena laba-laba, yang bisa memakan waktu setahun
untuk menjadi dewasa, membutuhkan ruang untuk tumbuh, sehingga mengisinya
dengan puing-puing menjadikannya tidak berguna. Tak satupun sarang ditempati
kembali selama penelitian.
Karya ini dipublikasikan oleh Insectes Sociaux minggu ini.
Catatan:
Social spider adalah jenis laba-laba yang hidup berkoloni besar biasanya hidup di daerah tropis
Sumber:
Diterjemahkan dan diedit oleh Galin Pernando.
No comments:
Post a Comment